Percuma sudah
saat ini aku mempertanyakan, percuma juga aku menelisik kebelakang. Hanya saja
aku menyesalkan apa yang diputuskan olehnya, yang secara terpaksa dan sangat
terburu-buru. Aku ingat sekali bagaimana aku dan dia mengenal satu sama lain.
-6 tahun yang
lalu-
“Selamat siang
anak-anak..” Sapa pak Dedy selaku guru TIK kelas IX.
“Selamat siang
paaaakkk..” Jawab murid-murid kelas IX-A.
“Hari ini kita
akan praktik chating di MIRC, kalian
baca langkah-langkah dalam buku dan praktikkan segera. Mengerti?”
“Mengerti
paaaakkk..”
“Baik, jika ada
yang kurang paham silahkan tanya kepada bapak. Silahkan anak-anak.”
Oh iya, namaku
Lia. Aku salah satu anggota kelas IX-A di sebuah SMP di kala itu. Aku seorang
yang kurang pandai dalam bergaul, minder, kurang good looking, kurang pinter, buruk-buruk deh. Kenapa aku bisa
bilang begitu? Karena belum pernah ada seorangpun yang memujiku. Hmmmm
mengenaskan. Aku sangat ingat dengan masa-masa SMP ku dulu. Awal perkenalanku
dengan seorang wanita yang usianya lebih 3 tahun dariku yaitu melalui chatting
di MIRC. Saat itu sedang ada tugas untuk pelajaran TIK, kita diberi kebebasan
untuk melakukan chatting. Berhubung kompi alias komputer di sekolah terbatas,
pemakaian satu kompi bisa 2 sampai 3 anak. Saat itu aku bersama dengan teman
dekatku, namanya Prita. Dia sangat tomboy dan kocak, Ia juga sangat tertarik
dengan hal baru seperti chatting. Maklum, waktu itu internet masih sangat
jarang dan mahal, tak seperti sekarang yang sangat mudah dijangkau. Kami pun memulai
chatting dengan mendaftar nickname terlebih dahulu, setelah itu masuk ke room
chat dan mencari teman yang bisa diajak chatting. Saat itu kami melihat satu
nickname yang sangat menarik perhatian, aku masih ingat betul nickname nya
adalah ‘Via butuh sahabat’. Langsung saja kami chat dia secara bergantian.
Selayaknya orang kenalan kita tanya nama, umur, asal, dan beberapa pertanyaan
yang aku tak ingat benar. Beberapa menit kita chatting, kita sudah membahas
banyak hal hingga akhirnya kita minta nomer HP mbak Via. Ehhh taunya dikasih.
Alhasil setelah perkenalan itu kami berlanjut untuk saling komunikasi.
Sayangnya hanya aku yang sangat akrab dengannya. Sampai-sampai aku dianggapnya
sebagai seorang adik, tapi hubungan baik ini hanya dapat terjalin lewat dunia
maya karna jarak aku dan mbak Via sangat jauh yaitu Kota Apel dan aku di Kota
Angin yang jarak temuhnya bisa 3 sampai 4 jam dari Kota Apel. Suatu ketika aku
pulang sekolah, aku sedang sms dengan mbak Via. Ditengah pembahasan kita mbak
Via bertanya:
“Li, kamu udah
punya pacar?”
“Hah? Pacar
mbak? Aku kan masih SMP mbak..”
“Gapapa kaliii,
tar mbak kenalin sama adik mbak.”
“Loh kenapa mbak
kok dikenalin?”
“Gapapa Li,
kasian dia lagi patah hati. Kali aja kamu bisa hibur dia.”
Namanya aku
orang ga tegaan kalau ada orang sedih, aku mengiyakan apa yang ditawarkan mbak
Via. Mbak Via memberikan nomer adiknya kepadaku dan nomerku diberikannya kepada
adiknya. Karena aku tak berani untuk menghubunginya terlebih dahulu, maka aku
hanya menunggunya. Nah, ada yang terlupa. Mbak Via ini sudah kuliah, namun
umurnya masih 3 tahun diatasku. Ia masuk ke sekolah akselerasi, sehingga Ia
cepat dalam menempuh pendidikan. Dan adik yang dibicarakannya adalah temannya
yang sudah Ia anggap sebagai adik. Sudah beberpa hari adik mbak Via ini tidak
juga menghubungiku, akhirnya ak bertanya kepada mbak Via.
“Mbak, adiknya
mbak belum juga sms aku.”
“Mungkin masih
sibuk Li, coba kamu sms dia dulu.”
“Ah gak ah mbak,
aku kan malu.”
Akhirnya dengan
menunggu beberapa hari lagi, Si adik dari mbak Via ini sms aku. Yah pasti tau
kan gimana perkenaalannya. Si adik ini memiliki nama Anang. Ia sudah berada
dalam kelas 3 SMA. Tidak seperti di kehidupan nyata, aku yang pendiam dan susah
bergaul justru sangat pandai untuk bergaul dalam dunia maya. Dari Friendster,
MIRC, YM, semua telah aku kuasai. Tak hanya dengan mbak Via atau mas Anang ini,
semua juga dapat aku selami. Sangat jauh dari apa yang terlihat biasanya. Entah
kenapa itu terjadi. Lama-lama aku dan mas Anang ini sangat akrab sebagai teman,
sering sharring, cerita, bercanda, dan banyak lainnya. Hingga suatu saat.....
“Kriiinggg..
Kriiiing..” Suara HP ku.
“Halo?
Assalamu’alaikum?” Sapa ku.
“Halo..
Waalaikumsalam. Maaf ya ganggu kamu..”
“Gapapa mas, ada
apa mas?”
“Aku mau curhat
ni Li.. Aku lagi bingung, kayaknya aku lagi jatuh cinta sama temenku.”
“Waaaahh bagus
dong, terus bingungnya kenapa mas?”
“Kan aku gak tau
gimana perasaannya sama aku.”
“Mas tanya
dongke dia, mas ngomong dulu ke dia. Tembak dooong”
“Iya tau, tapi
kan gak segampang itu. Dia itu jahuh sama aku, aku juga gak pernah ketemu dia.”
“Lah, kok mas
bisa suka?”
“Iya ya? Aku
juga gak tau, dia itu nyenengin, enak diajak bicara, pokoknya asik deh.”
“Wah siapa sih
dia?”
“Rahasia,
hahaha”
“Aaaaahhhh
curang mas ini”
“Sekelas atau
satu sekolah gak?”
“Rahasia,
weeekkk”
“Pelit ihhhh mas
anang”
“Pokoknya aku
sering smsan dan telfonan sama dia, sering cerita-cerita, bercanda juga.
Pokoknya gitu deh..”
“Idiiihh, siapa
sih dia?”
Dalam hatiku,
aku berkata bahwa cewek yang mas anang suka adalah aku. Namun menurutku itu
hanya keputusan yang konyol dan gak mendasar. Bisa saja teman ceweknya bukan
hanya aku saja. Aku gak mau kege-eran, akhirnya aku tepis firasatku tadi.
“Hahahaha gak
seru dong kalau aku kasih tau sekarang, nanti aja ya.. Terus aku harus gimana
nih?”
“Ya seperti yang
ku bilang tadi, mas tembak aja dia.”
“Gitu ya?
Kira-kira diterima gak ya?”
“Alaaaahh..
Pasti diterima lah..”
“Ihhhh sok tau
kamu”
Lalu keesokan
harinya...
“Kriiiiing..
Kriiing..” Suara HP ku.
Tertera nama Mas
Anang, ku ingat betul sore itu sedang hujan. Aturan di rumahku tidak boleh
bermain-main HP dikala sedang hujan. Alhasil aku matikan, aku sms mas anang.
“Maaf mas,
disini hujan aku tidak boleh telepon saat hujan.Ngomong-ngomong ada hal penting
apa sehingga mas telepon aku?”
“Aku mau curhat
niiihhhh tentang yang kemarin, plis angkat yaa..”
“Kriiiiing..
Kriiing..” Suara HP ku lagi.
“Halo?
Assalamu’alaikum?” Sapa ku.
“Haloooo, maaf
ya hujan-hujan telepon kamu.”
“Udah tau lagi
ditolak, eeehhh malah tetep telfon. Hahahhaa gak gak bercanda aja. Katanya mau
curhaaatttt..... Oya katanya mau nembak cewek itu?”
“Hahaha iya,
tapi belum aku tembak sekarang..”
“Loh, gimana
sih? Aaaaahhh gak seru ni mas anang..”
“Hahaha aku
masih ragu.. Dia itu jauh, aku juga belum pernah ketemu sama dia.”
“Hah? Kok mas
bisa suka dia sih?”
“Iya, dia
anaknya baik, jujur, nyenengin, suka bercanda, pinter, diajak ngobrol nyambung,
dia itu kamu. Aku suka kamu. Aku sayang kamu. Kamu mau jadi pacar aku?”
Bagai disambar
petir, aku sangat sangat kaget mendengarnya. Tapi lagi-lagi aku tepis.
“Hahahaha lucu
banget deh mas bercandanya. Mas bisa gitu nembaknya.”
“Loh aku gak
bercanda, emang bener cewek yang aku ceritain kemarin itu kamu.”
“..............”
“Hey.. Halo?
Lia, gimana?”
Aku bingung
sekali jawabnya. Disatu sisi aku juga merasakan hal sama, tapi disisi lain aku
tak bisa menerimanya.
“Maaf mas, aku
gak bisa. Aku udah jadian sama kakaknya temenku kemarin sore. Maaf mas ya?”
“Ohh gitu,
yaudah kalau gitu. Aku tutup dulu ya telfonnya. Assalamu’alaikum”
“Loh loh..”
“Tuttttt
tuuuuttt” Telfon mati.
Rasanya hati
sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttt sekali, aku telah menyakiti hatinya. Aku
juga bodoh karena terburu-buru menerima pacarku yang sekarang. Aku jga sakit
karena aku juga memiliki rasa yang sama kepadanya.
Beberapa hari
kemudian Ia bercerita tentang kekecewaannya padaku saat aku tolak cintanya, Ia
juga bilang Ia siap untuk menjadi yang kedua. Dari situ lah aku mulai tak tega,
Ia sering aku tanya tentang tugas dan pelajaran sekolahku. Kadang Ia aku suruh
mengerjakan tugas dari guru. Beberapa minggu kemudian, aku disakiti oleh pacar
pertamaku itu, aku putus dan itu sangat menyakitkan. Aku marah, nangis, kecewa
dan semua perasaan lain aku lampiaskan kepada anang. Hingga aku memaksanya
untuk menghiburku, dan aku minta untuk dia menjadi kekasihku. Dan Ia
mengiyakan, karena Ia tak tega dengan ku, dengan keadaanku yang sangat rapuh.
Itulah bagaimana pertama perjalanan cintaku dengannya berawal. Hari-hariku
diisi dengan pacaran ala dunia maya, hanya sms dan telfon. Kadang juga dalam
friendster, kirim foto lewat email dan chatting menggunakan sosial media lain
pada jaman itu. Kami menjalani hubungan jarak jauh, yang tak pernah bertemu
muka sekalipun. Ayalnya, aku dan dia saling percaya dan menjalaninya dengan
ketulusan. Hingga akhirnya Ia lulus sekolah dan harus merantau jauh di ibukota
negara. Mulai saat itu dia berubah sikap. Awalnya memang aku memakluminya dan
percaya padanya. Saat itu malam dimana aku berulang tahun, 7 januari 2009.
Hubunganku dengannya menginjak usia 7 bulan. Ia telfon untuk mengucapkan
selamat padaku. Aku sangat gembira sekali.
“Makasih yaa
kamu sudah menjadi orang pertama yang memberiku ucapan selamat.”
“Iya, sama-sama.
Oya, lia aku mau kita putus.”
Sungguh diluar
dugaanku. Aku menangis dan bingung apakah ini mimpi ataukah nyata.
“Apa? Kamu
bercanda kan? Aku tau kamu bercanda, karena ini kan hari ulang tahunku”
“Gak, aku gak
bercanda. Aku serius. Aku ingin kita berakhir. Aku ingin menjadi lebih dewasa”
“Hah? Apakah tak
ada hari atau tanggal lain untuk dapat mengatakan hal ini? Kamu sangat jahat
sekali. Aku tak mungkin bisa untuk berpisah denganmu. Alasanmu juga sangat tak
masuk akal. Aku tak terima.”
“Maaf, tapi kita
harus putus.”
Saat itu juga
telfon mati, betapa sakit hatinya aku. Hingga saat aku berada di sekolah, aku
sakit karena semalam banyak meneteskan air mata. Aku pun tak konsen dalam
menjalani hari itu. Beberapa hari setelahnya sudah tak separah hari pertama aku
putus dengannya, itu semua berkat teman-temanku. Lalu beberapa minggu kemudian
aku telfon anang.
“Baik, aku
terima dengan keputusanmu. Aku juga telah menodai hubungan kita dengan
berselingkuh dengan orang lain.”
“Hah? Iya kah?
Hahahaha oke lah kalau gitu kita satu sama.”
“Maksudnya?”
“Iya, aku
memutuskanmu karena aku suka sama cewek lain. Dia lebih cantik darimu. Aku
sudah beberapa minggu mengenalnya. Aku juga membantunya mencari kerja disini.
Hahahaha”
“Ohh ternyata
seperti itu?”
Dia tak sadar
sedikitpun seperti apa sakitnya aku mendengar pengakuannya itu. Mulai dari situ
aku mulai menjauh darinya, begitu pula dia. Dia telah menaklukkan hati cewek
itu. Ia tak ingin dekat lagi denganku. Hanya sekitar setengah tahun sekali Ia
menghubungiku, entah telfon atau hanya sms. Kadang ketika aku sedang
merindukannya, aku sms dia tapi tak ada respon yang positif darinya.
Berakhirlah aku dan dia. Sekian Lama. Jika aku ingat itu sekarang, rasanya aku
telah kena karma karna aku mempermainkannya. Hingga lama sekali Ia tak pernah
lagi menelefonku. Hingga suatu saat.....
-6 tahun
kemudian-
Ia menelefonku.
Berbicara panjang lebar hingga 3 jam lamanya. Hanya bercanda dan saling memberi
info baru tentang diri masing-masing, lalu berakhir.
Tit tiiiitt tit
tiiiiiit, HP ku berbunyi dengan dering sms.
“Sebenarnya aku
telah menikahi pacarku sejak 2 tahun yang lalu. Setahun lalu istriku keguguran,
dan 3 bulan yang lalu istriku melahirkan seorang anak laki-laki. Tapi sampai
sekarang aku masih sering teringat padamu. Walaupun aku telah memiliki dua
orang anak.”
“Hah? Teringat
aku? Kenapa? Apa kamu teringat akan kesalahanmu sehingga kamu merasa bersalah?
Atau karena apa?”
“Bukan. Aku
masih menyimpan rasa sayangku kepadamu.”
“Apa??? Bukannya
kamu dulu meninggalku dan telah menyia-nyiakan aku karena perempuan yang
sekarang telah menjadi istrimu?”
“Iya. memang ini
salahku. Jelas sudah air liur aku buang, tapi malah aku telan lagi. Memang ini
salahku.”
“Lalu apa
pertimbanganmu untuk menikahinya?”
“Kala itu aku
tertantang dengan orang tuanya yang selalu bertanya kapan aku kan menikahi
anaknya”
Bagai kesambar
petir yang kedua kalinya, aku hanya bisa diam tanpa ada rasa sedikitpun yang
terlintas. Aku tak tau harus seperti apa. Rasa ku dan rasa yang dimilikinya
tetap sama seperti sedia kala, namun aku sudah tak bisa berbuat aa-apa. Karena
dia telah dimiliki orang lain. Bodohnya dia, mengapa dia sama sekali tak
mempertimbangkan rasa itu? Dan mengapa setelah 2 tahun menikah Ia baru bilang
padaku? Kenapa baru sekarang Ia bilang bahwa Ia masih mempunyai rasa itu
padaku? Kalau begini, telatlah sudah, tak ada gunanya jika harus mengusahakan
dan mempertanyakan. Semua terlanjur.